A Latar Belakang. Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah " Ketuhanan Yang Maha Esa ". Oleh karena itu sebagai dasar negara maka sila tersebut merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual.Kiamat adalah sebuah kepastian. Hari di mana manusia akan beralih dari alam dunia ke alam akhirat. Hari itu manusia akan dihisab sesuai dengan amal perbuatannya di dunia. Saat itulah manusia akan terbagi menjadi dua golongan. Dua golongan ini akan mendapatkan balasan masing-masing seperti termaktub dalam QS Al Ghasyiyah. Golongan pertama adalah golongan manusia yang mukanya tertunduk penuh dengan muram durja dan penuh dengan kehinaan. Mereka tampak payah dan lelah, tidak ada aura positif sedikitpun terpancar dari muka mereka. Golongan ini berjalan memasuki bara api yang sangat panas dan dihidangi minuman yang bersumber dari mata air yang sangat panas pula. Ketika mereka meminum air itu, seketika kulit dan daging mereka akan melepuh dan meleleh. Seketika itu pula, kulit melepuh itu akan diganti dengan kulit baru yang akan melepuh dan meleleh lagi saat mereka meminum air dari neraka itu kembali. Begitulah seterusnya mereka akan disiksa sebagai balasan atas apa yang telah dilakukan di dunia sampai dengan saat mereka mendapatkan syafaat agung Nabi Muhammad SAW. Selain minuman, golongan yang disebutkan sebagai wujuhun ghasi’ah wajah hina ini akan dihidangi makanan yang sangat menjijikkan dan tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri. Makanan ini pun tak ada manfaatnya karena tidak seperti makanan di dunia yang enak, sebaliknya makanan ini tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan rasa lapar. Golongan kedua adalah golongan orang yang dalam Al-Quran disebut sebagai wujuhun na’imah wajah berseri. Wajah golongan ini nampak cerah, penuh suka cita dan optimisme sesuai dengan amal ibadah mereka selama di dunia. Mereka adalah golongan orang yang taat perintah Allah dan meninggalkan segala larangan serta akan berdampingan dengan Rasulullah SAW di surganya Allah SWT. Kelompok ini akan berada di dalam surga mulia yang di dalamnya tidak ada perkataan apapun selain yang bermanfaat. Di dalamnya mengalir mata air dan sungai-sungai yang terus mengalir tanpa henti serta dilengkapi dengan tempat-tempat duduk dan bantal-bantal yang mewah nan empuk untuk bersandar. Mereka akan menikmati minuman beraneka rasa dengan gelas-gelas cantik penuh dengan hiasan. Kemewahan dan kenyamanan lebih lengkap lagi dengan permadani lembut berwarna-warni yang terhampar sebagai alasnya. Ketika terinjak, permadani ini akan mengeluarkan semerbak bau harum wewangian surga. Saatnya Merenungkan Kekuasaan Allah Gambaran kecil kenikmatan yang bisa dinikmati penghuni surga inilah ini jelas telah ditegaskan oleh Allah dalam QS Al Ghasyiyah ayat 8-16. Semua ini merupakan bukti kekuasaan Allah yang sangat mudah bagiNya untuk membuatnya. Manusia pun sudah melihat bagaimana Allah menunjukkan kekuasannya di muka bumi ini. Saatnya melakukan perenungan dan mengambil pelajaran dari kekuasaan Allah di muka bumi ini. Mari renungkan bagaimana unta mampu memikul banyak beban dengan hanya sedikit makan dari daerah satu ke daerah lain. Unta memiliki kekuatan luar biasa dan mampu bertahan tidak minum selama berhari-hari. Mari kita renungkan bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang penopang maupun sandaran dan ditaburi banyak bintang yang tidak kita ketahui hakikatnya, sifatnya, bentuknya, karakternya, dan keadaannya. Mari kita berfikir bagaimana gunung-gunung menjulang tinggi di atas bumi dengan berbagai macam bahan tambang, air, dan materi di dalamnya. Kekuasaan Allah juga terlihat dari bumi yang dibentangkan begitu luas dan menjadi tempat berbagai macam binatang, bahan tambang, serta tumbuh-tumbuhan. Inti dari surat Al Ghasyiyah adalah Fadzakkir innamaa anta mudzakkir. Lasta alaiHim bimushaithir “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. Dalam kitab Tafsir Jalalain dijelaskan bahwa semua ini merupakan peringatan kepada manusia dari Allah melalui Nabi Muhammad mengenai apa dan mengapa Nabi diutus kepada mereka. Allah pun berfirman dalam surat Ar Ra’duxl Fa innamaa alaikal balaaghu wa alainal hisaab “Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka”. Kemudian Ibnu Abbas, Muhahid, dan lain-lain menjelaskan ayat Lasta alaiHim bimushaithir Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka berarti adalah Nabi Muhammad bukanlah pemaksa terhadap mereka yakni kamu tidak bisa menciptakan keimanan di dalam hati mereka. Jadi, apakah ini semua membuat kita mengingkari kemampuan Allah SWT atas berbagai ciptaan dan kejadian akhirat. Seharusnya ini semua tak kan membuat kita meragukan dan mengingkari kekuatan-Nya. Orang yang tetap menghindar dan durhaka setelah kekuasaan Allah dijelaskan oleh Nabi Muhammad melalui peringatan sekaligus meremehkannya, maka Allah akan mengazabnya. Allah yang Maha Perkasa, Maha Adil, dan Maha Kuasa akan memberikan adzab yang tidak ada adzab lebih besar dan lebih keras dibandingkan adzab-Nya. Orang yang mendustakaan Allah akan dikembalikan kepadaNya dengan hisab sesuai amalan yang mereka lakukan pada saat berada di dunia. Inilah peringatan Allah di akhir surat Al Ghasyiyah sehingga kita dianjurkan membaca Allahumma a’idznii min adaabik. Allahumma haasibni hisaaban yasiiraa “Ya Allah, lindungilah kami dari adzabmu. Ya Allah, hisablah kami dengan hisab yang ringan. Muhammad Faizin. Disarikan dari materi Tafsir Jalalain Surat Al Ghasyiyah oleh KH Sujadi pada Jihad Pagi di aula Kantor NU Pringsewu, Ahad 10 November 2019 Pemisahanini bertujuan untuk memudahkan guru dan peserta didik dalam belajar.Soal Adaptasi HewanSoal 1Perhatikan daftar hewan berikut!(1) sotong(2) trenggiling(3) gurita(4) landakHewan yang memiliki kesamaan adaptasi untuk melindungi diri terhadap pemangsa adalah .A. (1) dan (2)B. (1) dan (3)C. (2) dan (3)D. (2) dan (4)Jawaban: BPembahasan
Jakarta - Iman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman ke lima. Umat muslim pun wajib untuk mengimani dan mengamalkan hal akhir pasti datang dan dialami oleh semua umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A'raf ayat 197 mengenai hari akhir kiamat yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya kecuali Allah يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ السَّاعَةِ اَيَّانَ مُرْسٰىهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْۚ لَا يُجَلِّيْهَا لِوَقْتِهَآ اِلَّا هُوَۘ ثَقُلَتْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ لَا تَأْتِيْكُمْ اِلَّا بَغْتَةً ۗيَسْـَٔلُوْنَكَ كَاَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَاۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ Latin yas`alụnaka 'anis-sā'ati ayyāna mursāhā, qul innamā 'ilmuhā 'inda rabbī, lā yujallīhā liwaqtihā illā huw, ṡaqulat fis-samāwāti wal-arḍ, lā ta`tīkum illā bagtah, yas`alụnaka ka`annaka ḥafiyyun 'an-hā, qul innamā 'ilmuhā 'indallāhi wa lākinna akṡaran-nāsi lā ya'lamụnArtinya Mereka menanyakan kepadamu Muhammad tentang Kiamat, "Kapan terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. Kiamat itu sangat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah Muhammad, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Berikut pengertian iman kepada hari akhir beserta dalilnya1. PengertianIman kepada hari akhir artinya mempercayai bahwa hari kiamat suatu hari akan datang. Di mana, seluruh alam semesta hancur dan kehidupan yang kekal akhirat akan itu, manusia akan dimintai tanggung jawab amal ibadahnya selama di dunia. Dalam Quran ayat 47, Allah SWT berfirman bahwa amal sekecil apa pun akan ikut وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَLatin wa naḍa'ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati fa lā tuẓlamu nafsun syai`ā, wa ing kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā ḥāsibīnArtinya Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya pahala. Dan cukuplah Kami yang membuat Proses Terjadinya KiamatContoh iman kepada hari akhir dengan berdoa agar selamat di akhirat. Selain itu, juga bertanggung jawab atas setiap perilaku yang dilakukan di Quran surat Al-Anbiya ayat 104, Allah SWT berfirman proses terjadinya hari akhir kiamat. Allah SWT akan menggulung gunung layaknya sebuah lembaran يَوْمَ نَطْوِى السَّمَاۤءَ كَطَيِّ السِّجِلِّ لِلْكُتُبِۗ كَمَا بَدَأْنَآ اَوَّلَ خَلْقٍ نُّعِيْدُهٗۗ وَعْدًا عَلَيْنَاۗ اِنَّا كُنَّا فٰعِلِيْنَLatin yauma naṭwis-samā`a kaṭayyis-sijilli lil-kutub, kamā bada`nā awwala khalqin nu'īduh, wa'dan 'alainā, innā kunnā fā'ilīnArtinya Ingatlah pada hari langit Kami gulung seperti menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya lagi. Suatu janji yang pasti Kami tepati; sungguh, Kami akan HikmahHikmah beriman kepada hari akhir, adalah manusia bisa benar-benar memaknai tujuan kehidupan di dunia, yakni beribadah kepada Allah SWT. Sebab, hari akhir merupakan waktu itu, iman kepada hari akhir juga bisa membuat manusia semakin semangat menjalankan ibadah. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT ya! pay/erdKeadaansubjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang kesemuannya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. b. Psikologi pengarang yang mencakup proses kratifitasnya. c. Psikologi pembaca d. Pengaruh lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial yang berpengaruh terhadap karya sastra. e.
Disebuthari akhir karena tidak ada lagi hari sesudahnya. Setiap manusia akan menghadapi lima tahapan kehidupan yaitu mulai dari [1] sesuatu yang tidak ada, kemudian [2] berada dalam kandungan, kemudian [3] berada di alam dunia, kemudian [4] memasuki alam barzakh (alam kubur) dan terakhir [5] memasuki kehidupan akhirat.
Pengertian dan Hikmah Iman kepada Hari Akhir – Secara umum, pengertian hari akhir atau hari kiamat menurut agama Islam adalah hari hancurnya semua alam semesta ini beserta seluruh kehidupan yang ada di dalamnya. Iman kepada hari akhir adalah percaya dan meyakini bahwa seluruh alam, termasuk dunia dan seisinya, akan mengalami kehancuran. Bagi umat Islam, memercayai hari akhir merupakan rukun iman kelima. Umat Islam wajib percaya dan yakin bahwa hari itu pasti akan datang. Kelak manusia akan dibangkitkan kembali dari kubur untuk menerima pengadilan Allah SWT. Dalil mengenai hari akhir tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Hajj ayat ke-7 yang berbunyi sebagai berikut. “Dan sesungguhnya, hari kiamat itu pasti datang terjadi, tidak ada keraguan kepadanya. Dan sungguh, bahwasanya Allah SWT akan membangkitkan semua orang yang ada di dalam kubur“. Ayat ini menegaskan bahwa hari akhir itu bukanlah omong kosong, tetapi kejadian yang benar adanya. Hanya saja, manusia tidak ada yang tahu waktu terjadinya. Ini adalah rahasia Allah SWT dan hanya Dia sajalah yang tahu. Ketika kiamat tiba, bumi akan hancur, semua makhluk mati, lalu Allah SWT menghidupkan kembali manusia dari dalam kubur. Lalu, apakah pengertian dari hari akhir? Apa sajakah tanda-tandanya menurut Islam? Apa sajakah hikmah yang terkandung di dalamnya? Mari kita simak konten edukasi dan materi pendidikan agama Islam tentang hari akhir yang diambil dari berbagai sumber berikut. Etimologi dan Pengertian Hari AkhirDalil Hari AkhirNama-Nama Hari Kiamat dalam Al-QuranDua Macam Hari KiamatHikmah Beriman kepada Hari Akhir1. Bersikap Mawas Diri2. Rendah Hati dan Tidak Sombong3. Kesadaran untuk Taat Beribadah4. Bertanggung JawabRekomendasi Buku & Artikel TerkaitKategori Ilmu Berkaitan Agama IslamMateri Agama Islam Etimologi dan Pengertian Hari Akhir Al-Qiyāmah hari kebangkitan adalah kebangkitan seluruh umat manusia dari Adam As hingga manusia terakhir. Ajaran ini sebenarnya diyakini oleh umat tiga agama samawi, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Al-Qiyāmah juga merupakan nama surah ke-75 di dalam kitab suci Al-Qur’an. Kalimat kiamat di dalam bahasa Indonesia berarti “hari kehancuran dunia”. Kata ini diserap dari bahasa Arab yaum al-qiyamah, yang arti sebenarnya adalah “hari kebangkitan umat”. Adapun kalimat hari kiamat kehancuran alam semesta beserta isinya dalam bahasa Arab adalah as-saa’ah. Menurut bahasa, yaum al-qiyamah berarti “hari kebangkitan umat”. Kalimat tersebut terdiri atas tiga suku kata, yaitu Yaum يوم berarti hari, masa, atau periode; Qiyam قيام berarti tegak, bangkit, dan berdiri; `Ummah أمة berarti umat atau bangsa. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan kiamat berarti akhir zaman dunia seisinya rusak binasa dan lenyap. Berdasarkan definisi tersebut, kiamat dapat diartikan sebagai proses berakhirnya keseluruhan alam semesta beserta segala isinya. Secara istilah, yaumul qiyamah sering diartikan hari kiamat kehancuran alam semesta beserta isinya. Yaumul qiyamah sama halnya dengan yawm ad-din yang artinya suatu periode masa ketika terjadi kebangkitan sebuah komunitas umat manusia, yang hidup berdasarkan dinullah agama Allah SWT. Serangkaian dari kisah ini menurut pemahaman umum adalah penghancuran dari semua makhluk, kebangkitan makhluk yang telah mati, dan penghakiman untuk seluruh makhluk. Tidak ada satu pun makhluk yang mengetahuinya, tetapi Allah SWT memberikan tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar yang akan terjadi mendekati waktu qiyamah kehancuran. Setelah terjadi kehancuran, para makhluk menjalani fase yawm al-mahsyar, yaitu hari berkumpul di Padang Mahsyar. Fase selanjutnya adalah yawm ad-din, yaitu hari penghakiman atau hari ketika Allah SWT memutuskan semua perbuatan makhluk-Nya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dijelaskan bahwa iman kepada hari akhir adalah memercayai dan meyakini bahwa seluruh alam, termasuk dunia dan seisinya, akan mengalami kehancuran. Hari akhir ditandai dengan ditiupnya terompet Malaikat Israfil. Hari akhir dapat dipahami sebagai hari berakhirnya kehidupan di dunia fana ini dan memasuki awal kehidupan baru yang abadi di akhirat. Dijelaskan juga bahwa pada hari itu daratan, lautan, dan benda-benda di langit porak-poranda. Gunung-gunung meletus, hancur, dan berhamburan. Bumi berguncang dan memuntahkan isi perutnya. Lautan meluap dan menumpahkan seluruh isinya. Benda-benda yang ada di langit bergerak tanpa kendali. Bintang, planet, dan bulan saling bertabrakan. Dengan demikian, mengimani hari akhir berarti membenarkan dengan sepenuh hati bahwa setelah kehidupan di dunia ini akan ada kehidupan lagi yang merupakan kehidupan yang sebenarnya dan bersifat abadi. Pada saat itulah, manusia akan mendapatkan kepastian hidupnya, berhasil dan berbahagia atau sebaliknya. Beriman kepada hari akhir juga harus diikuti dengan beriman kepada kehidupan akhirat dan semua peristiwa yang terjadi di dalamnya. Dalil Hari Akhir Salah satu dalil yang menjelaskan mengenai gambaran terjadinya hari akhir ada di dalam Surah Al-Qari’ah ayat ke-1–11 yang berbunyi sebagai berikut. “Demi malapetaka yang mendebarkan hati. Apakah malapetaka yang mendebarkan hati itu? Sejauh mana yang kau ketahui tentang malapetaka yang mendebarkan hati itu? Pada hari itu manusia bagai kelekatu sejenis serangga yang beterbangan mengerumuni lampu, terutama pada malam hari yang berterbangan. Dan, gunung-gunung berserpihan bagai bulu yang dihambur-hamburkan. Barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikanya, dia akan berada dalam kehidupan yang menyenangkan. Adapun mereka yang ringan timbangan amal kebaikannya, tempat pulangnya ke lembah hawiah. Sampai di mana pengetahuanmu tentang hawiah itu? Itulah api neraka yang sangat panas“. Nama-Nama Hari Kiamat dalam Al-Quran Ada beberapa nama hari akhir, sebagai tahapan manusia untuk menerima ibadah dan amal yang mereka perbuat selama berada di dunia. Al-Qur’an menyebutkan nama-nama lain untuk hari akhir ini, antara lain Yaumul Qiyamah atau hari kiamat; Yaumul Mahsyar atau hari berkumpul bagi semua manusia; Yaumul Hisab atau hari perhitungan amal manusia; Yaumuz Zilzalah atau hari kegempaan goncangan; Yaumul Waqi’ah atau hari kejatuhan; Yaumul Qari’ah atau hari keributan; Yaumul Ghasyiyah atau hari pembalasan; Yaumul Haqqah atau hari kepastian; Yaumut Tammah atau hari bencana agung; Yaumul Jaza’ atau hari pembalasan; Yaumul Wa’id atau hari ancaman; Yaumul Mizan atau hari pertimbangan; Yaumul Jami’ atau hari pengumpulan; Yaumut Taghabun atau hari terbukanya segala kecurangan; Yaumul Ba’ts atau hari kebangkitan; Yaumud Din atau hari perhitungan; Yaumul Khulud atau hari yang kekal. Dua Macam Hari Kiamat Para ulama mengelompokkan hari kiamat menjadi dua macam, yaitu Kiamat sugra kiamat kecil, yaitu tanda-tanda kerusakan yang dialami sebagian alam dan terjadi setiap waktu. Tanda-tanda kiamat sugra seperti terjadinya bencana alam, gunung meletus, meninggalnya manusia karena sakit, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan sebagainya; Kiamat kubra kiamat besar, yaitu terjadinya kematian dan kehancuran yang menimpa seluruh alam semesta. Dunia porak-poranda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia akan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat. Umat Islam meyakini bahwa hari akhir tidak akan terjadi, apabila masih ada manusia yang mau menyebut nama Allah SWT. Namun, kehancuran dunia terjadi ketika sudah tidak ada lagi orang-orang beriman di muka bumi, yang tersisa hanya orang-orang jahat. Orang-orang akan kembali ke kondisi zaman jahiliah. Berbagai fitnah akan menimpa seluruh umat manusia. Mereka berada di bawah naungan rasa putus asa, kekacauan, musibah, kekafiran. Dunia porak-poranda, rusak, dan hancur. Kehidupan manusia selanjutnya akan berganti dengan alam yang baru, yaitu alam akhirat. Menurut syariat Islam, tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang datangnya hari kiamat, baik malaikat, nabi, maupun rasul. Masalah ini adalah perkara yang gaib dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Muhammad Saw yang sahih, Allah SWT berfirman “ Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat Kapankah terjadinya?’ Katakanlah Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu sangat berat huru-haranya bagi makhluk yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu, melainkan dengan tiba-tiba’. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah SWT, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui Surah Al-A’raaf ayat ke-187. ” Juga dalam firman-Nya “ Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah,’ dan tahukah kamu wahai Muhammad, boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya Surah Al-Ahzaab ayat ke-63. ” Muhammad Saw juga pernah ditanya oleh Malaikat Jibril yang datang dalam wujud seorang Arab Badui. Jibril kemudian bertanya tentang waktu terjadinya hari kiamat, tetapi Muhammad tidak mengetahui pula masalah tersebut. Menurut eskatologi Islam, kiamat dikatakan akan terjadi pada hari Jumat dan ada sejumlah tanda-tanda kiamat besar yang dijelaskan dari sejumlah hadis dan Al-Qur’an. Diriwayatkan pula oleh Hudzaifah bin Usaid Al-Ghifari bahwa Muhammad Saw melihat kami sedang saling mengingat-ingat. Beliau kemudian bertanya, “Apa yang sedang kalian ingat-ingat?” “Orang-orang menjawab, “Kami mengingat-ingat hari kiamat”. Beliau pun bersabda, “Hari itu tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda, yaitu asap, Dajal, Ad-Dabbah, terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam As, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana satu gerhana di timur, satu gerhana di barat, dan satu gerhana di Jazirah Arab, yang terakhir adalah suatu api yang keluar dari Yaman yang menghalau orang-orang ke Padang Mahsyar” Muslim. Kewajiban beriman kepada hari akhir sudah diberitakan dalam Al-Qur’an dan hadis. Namun, bisa dipertegas oleh dalil aqli akal pikiran. Secara akal, kita bisa berpikir bahwa segala sesuatu yang ada di alam dunia mengalami perubahan. Setiap perubahan pastinya juga akan membutuhkan akhir. Sesuatu yang berakhir mempunyai tanda-tanda yang diberitakan oleh Al-Qur’an dan hadis, serta bisa diterima oleh akal. Keyakinan terhadap adanya hari akhir akan memberikan hikmah atau efek yang sangat besar dalam kehidupan manusia, paling tidak manusia akan merasa takut terhadap azab yang akan diberikan Allah SWT setelah terjadinya hari akhir. Hal ini akan membuat manusia selalu berhati-hati dalam bertindak dan akan selalu memperbanyak amal ibadah sewaktu di dunia. Menurut Nurhayati Rusdi, meyakini akan adanya hari pembalasan sebagai rangkaian peristiwa yang harus dijalani setelah hari kiamat akan menimbulkan kedisiplinan dan kewaspadaan, sebab seluruh amal tidak ada yang luput dari pengawasan Allah SWT. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa seseorang yang beriman kepada hari akhir akan menimbulkan kedisiplinan dan berusaha menjadi lebih baik karena tidak ada amal yang luput dari pengawasan Allah SWT. Dalam hal ini, kedisiplinan yang dimaksud adalah kedisiplinan beribadah kepada Allah SWT. Menurut jumhur ulama, ibadah itu yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya. Pengertian pahala tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang berupa ma’qulat al-ma’na dapat dipahami maknanya, seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada umumnya maupun yang berupa ghair ma’qulat al ma’na tidak dapat dipahami maknanya, seperti salat, baik yang berhubungan dengan anggota badan misalnya rukuk maupun yang berhubungan dengan lidah misalnya zikir dan niat. Pendidikan agama di sinilah berperan sebagai sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan aspek kognitif, sarana transformasi norma, serta nilai moral untuk membentuk sikap aspek afektif. Selain itu, pendidikan agama juga berperan dalam mengendalikan perilaku aspek psikomotorik, sehingga tercipta kepribadian manusia seutuhnya. Pendidikan agama Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia yang mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari iman kepada hari akhir. Melalui keimanan dan keyakinan terhadap adanya hari akhir, manusia memiliki harapan kehidupan yang kekal dan penuh dengan kenikmatan yang hakiki. Jika memang manusia merasakan alam kubur sebelum hari akhir, kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah SWT dari siksa kubur. Pergunakanlah dunia yang dianugerahkan oleh Allah SWT untuk mencari kenikmatan akhirat, yaitu surga. Kewajiban seorang mukmin adalah memanfaatkan dunia ini untuk manfaat akhirat, bukan untuk kemaksiatan dan kezaliman. Adapun beberapa hikmah beriman kepada hari akhir adalah sebagai berikut. 1. Bersikap Mawas Diri Sebagai hamba Allah SWT di muka bumi, kita tidak boleh berperilaku semena-semena dan mengikuti semua hawa nafsu kita. Mengapa? Semua yang kita lakukan di dunia ini akan berakibat kepada kehidupan di alam akhirat. Inilah yang menyebabkan kita harus bermawas diri. 2. Rendah Hati dan Tidak Sombong Sehebat apapun manusia dan setinggi apa pun jabatannya, tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Semua manusia akan hancur dan binasa. Ilmu, kekuasaan, dan harta yang dimiliki manusia, semua itu hanyalah titipan atau amanah dari Allah SWT. 3. Kesadaran untuk Taat Beribadah Surga dan neraka adalah tempat tinggal manusia di alam akhirat. Surga sebagai balasan amal baik yang disediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa, sedangkan neraka sebagai balasan amal buruk yang disediakan bagi hamba-Nya yang durhaka. 4. Bertanggung Jawab Pada hari akhir, manusia akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatannya di dunia. Itu artinya bahwa kita harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang kita lakukan di dunia, serta mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah SWT kelak di akhirat. Besar atau sekecil apa pun amal perbuatan kita pasti akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti. Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Pengertian dan Hikmah Iman kepada Hari Akhir. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui waktu terjadinya kiamat. Namun yang pasti, kiamat akan terjadi sewaktu-waktu nanti. Manusia hanya diberi informasi terkait tanda-tandanya saja. Sebagai manusia, tugasnya hanya berbuat sebaik-baiknya dan bersiap menghadapi hari akhir. Berikut ini rekomendasi buku dari Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang hari akhir agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca. Temukan hal menarik lainnya di Gramedia sebagai SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait BACA JUGA Nama-Nama Neraka dalam Agama Islam Nama-Nama Surga dan Gambaran Surga Pengertian Iman Secara Bahasa dan Istilah serta Tingkatannya Perbedaan Kiamat Sugra dan Kubra, Apa Bedanya? Perbedaan Qada dan Qadar Beserta Contohnya ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
IuCAHM.